Pojok BEI Universitas Andalas

Menakar Nasib Mandiri-BNI Usai Rights Issue

Posted on: September 28, 2010

Menakar Nasib Mandiri-BNI Usai Rights Issue
INILAH.COM, Jakarta – Dua bank nasional, Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) dalam waktu dekat segera melakukan penawaran saham baru terbatas (right issue). Bagaimana potensi sahamnya?

Direktur PT Sucorinvest Central Gani Adrian Rusmana mengatakan, pelaksanaan penawaran saham terbatas BBNI dan BMRI yang dilakukan hampir berbarengan tahun ini, tetap menarik minat investor. Kondisi pasar yang bagus, mendorong aliran dana asing masuk ke Indonesia.

“Investor tentu mencari suplai baru yang baik dan kedua bank BUMN ini menyediakan alternatif pasokan. Penambahan suplai ini sangat positif dan mendukung pasar,” katanya.

Senada dengan analis saham Water Front Securities Isfan Helmy Asad. Menurutnya, rights issue bank pelat merah ini akan baik diserap pasar. “Dana hasil rights issue tersebut bisa meningkatkan ekspansi kreditnya,” ujarnya.

Seperti diketahui, Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah menyetujui rencana rights issue BMRI dan BBNI. Syaratnya adalah, kepemilikan pemerintah pascaaksi korporasi itu masih di atas 60%. Meski tetap dilaksanakan tahun ini, pelaksanaan rights issue tersebut akan berselang satu triwulan.

Isfan memprediksikan, rights issue BBNI akan didahulukan karena sudah mengajukan dan menggodok sejak tahun lalu. “BNI lebih urgent karena untuk meningkatkan kebutuhan modal minimal (capital adequacy ratio) dan meningkatkan harga sahamnya,” ujarnya.

BMRI akan menerbitkan saham baru sebanyak 2,4 miliar lembar atau 11,2%, dengan target dana mencapai Rp10-15 triliun. Sedangkan BBNI akan menerbitkan saham baru 3,3 miliar lembar, atau 18,1%, dengan target dana sekitar Rp9-10 triliun.

Namun, karena legislatif meminta penjatahan saham diambil dari skema tersebut (management stock option program/MSOP 3,56%), maka porsi penawaran saham terbatas BBNI turun menjadi 14,54%.

Ini berarti, jumlah saham yang diterbitkan melalui rights issue menjadi 2,7 miliar lembar saham dan MSOP sebanyak 664 juta lembar. Meski kepemilikan publik tetap naik menjadi 40% dari sebelumnya 26,7%, penerbitan right issue dan MSOP yang berbeda ini, menyebabkan BBNI tidak dapat menikmati langsung diskon penurunan pajak sebesar 5%. Kondisi ini pun berpotensi menekan saham BBNI.

Jasso Winarto dari Sigma Research Institiute mengatakan, meski aksi korporasi menumpuk dan ada potensi tekanan pada emiten perbankan, kalau strateginya tepat, bursa akan semakin marak. “Bahkan, saham perbankan berpotensi menguat dalam jangka panjang,” katanya.

Ia menyoroti rendahnya tingkat inflasi dalam negeri, yang akan membuat Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level rendah. Hal ini akan mendorong pertumbuhan kredit perbankan nasional hingga akhir tahun. “Perbankan akan menggenjot kreditnya,” ujarnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah krisis global, telah berdampak positif terhadap saham perbankan. Tahun ini, ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh 6,2%, didukung membaiknya kinerja sektor finansial, berlanjut pada pergerakan sektor riil.

Sementara pasca-rights issue, laba kedua emiten dalam 4 tahun ke depan diperkirakan akan meningkat. BBNI naik 29,3% dan BMRI naik 27,21%. Demikian juga tingkat pertumbuhan dividen, dimana BBNI akan naik sebesar 27,21% dan Bank Mandiri 23,66%. [mdr]

http://www.inilah.com/news/read/ekonomi/2010/09/28/850241/menakar-nasib-mandiri-bni-usai-rights-issue/

Tinggalkan komentar

muy